Jumat, 20 Januari 2012

PMI Latih Relawan Tanggap Bencana

DALAM rangka upaya pengurangan risiko bencana alam, untuk kesekian kalinya Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tegal yang bekerjasama dengan German Red Cross (GRC) menggelar Pelatihan Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat (KBBM). Kali ini, KBBM digelar bagi masyarakat di daerah rawan bencana di wilayah pesisir. Tepatnya di Desa Kedungkelor Kecamatan Warureja. Pelatihan dilaksanakan selama 9 hari, yakni mulai hari Senin (16/1) sampai Selasa (24/1) hari ini.
Pesertanya adalah para relawan desa yang ditunjuk oleh pemerintah desa yang terdiri dari bermacam unsur dalam masyarakat seperti Karang Taruna, PKK, kelompok nelayan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan dari beberapa perangkat Desa Kedungkelor. Para Relawan yang terwadah dalam nama Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) itu, dilatih dan dibekali dengan beberapa materi dalam bidang penanganan bencana.
Pelatihan ini, juga melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal sebagai fasilitator. Dalam pelaksanaannya, peserta diberi materi sekaligus menggelar simulasi. Pelaksanaan dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Khusus untuk simulasi, diberikan pada hari Senin dan Selasa. Hari sebelumnya, peserta hanya mengikuti pelatihan materi semata.
Wakil Ketua I PMI Kabupaten Tegal, Drs H Sartono, mengatakan, pelatihan KBBM bagi Sibat Desa Kedungkelor Kecamatan Warureja adalah desa program KBBM yang keenam yang ada di Kabupaten Tegal. ”Sebelumnya yang mendapakan pelatihan yang sama adalah lima desa di Kabupaten Tegal yakni Desa Sigedong, Desa Batumirah, Desa Bumijawa ketiganya di Kecamatan Bumijawa. Lalu Desa Danasari Kecamatan Bojong, dan desa Kaligayam Kecamatan Margasari,”ungkapnya.


 Panitia Pelatihan Sibat, Untung Budi Pramono alias Kanyut, mengatakan, dalam pelaksanaannya, pihaknya memberikan pelatihan kepada minimal 20 orang. Diharapkan, dari 20 peserta itu, melakukan getuk tular atau sosialisasi terhadap keluarganya atau masyarakat lainnya. Karena itulah, PMI mengambil pesertanya dari Stake Holder desa seperti perangkat desa dan kepala desa.
"Pelatihan ini kami gelar sejak tahun lalu. Kami sudah memberikan berbagai materi kepada peserta untuk siaga dalam menghadapi bencana alam. Khususnya yang bermukim di pesisir dan pegunungan," terangnya, Sabtu (21/1).
Selain memberikan Sibat kepada masyarakat, pihaknya juga memberikan pelatihan kepada siswa sekolah di daerah rawan bencana. Untuk di Warureja, pihaknya membentuk sebuah sekolah siaga bencana (SSB) di SMP Negeri 1 Warureja. Siswa diberi pelatihan sekaligus mempraktekan di sekolah. Peserta berasal dari Osis, PMR dan UKS. Menurutnya, SSB tidak hanya di daerah pesisir. Di lokasi yang rawan bencana lainnya, juga ada. Seperti di Bumijawa, dan Margasari. "Pelatihan ini, menggunakan dana bantuan dari Jerman. Tapi, dana dari daerah sendiri juga ada," imbuhnya.
Fasilitator Sibat dari BPBD, Yudo Jatmiko, mengatakan, daerah pantai seperti di Kedungkelor ini, tak luput dari bencana alam seperti angin puting beliung dan banjir bandang. Sebab, letak geografisnya berada di paling ujung utara. Karena itulah, apabila terjadi demikian, masyarakat sekitar supaya lebih waspada. Hindari buang sampah sembarang, karena hal itu dapat memicu banjir. Banjir masih bisa terjadi, karena musim penghujan di tahun ini belum berhenti.
"Kedungkelor, posisinya berada di Utara. Dengan begitu, akan cepat mengalami banjir bandang," kata dia, sembari menghimbau kepada masyarakat setempat agar selalu berhati-hati.
Sementara, Kepala Desa Kedungkelor, Rita, mengatakan, dengan adanya pelatihan KBBM bagi masyarakat di desanya, maka akan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam rangka upaya pengurangan risiko terhadap kejadian bencana. ”Dengan pelatihan KBBM ini, semoga akan mengurangi seminim mungkin risiko akibat bencana, baik risiko kematian maupun cacat,” harapnya.


Pemetaan BKRK
Salah satu pelatihan yang diberikan, yakni para peserta (SIBAT) mendapatkan materi pemetaan Bahaya Kerentaanan Resiko Kapasitas (BKRK). Kemudian dilanjutkan dengan praktek lapangan yaitu pemetaaan desa kedungkelor dengan dukungan alat GPS (Global Posiitioning System) yang merupakan alat pembuat lintasan atau tracking maupun penanda lokasi (marking) yang berbasiskan satelit.
Salah satu fasilitator pemetaan, Muktamirin SPd, mengatakan, peta BKRK adalah Peta dua atau tiga dimensi yang menunjukan situasi dan kondisi rill masyarakat dan kewilayahannya yang didalamnya memuat data/informasi tentang jenis bahaya/ancaman, kerentanan, risiko, dan kapasitas masyarakat. ”Para peserta melakukan observasi langung dengan masyarakat untuk mendapatkan data tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas yang ada di desa tersebut,” ungkapnya.
Ditambahkan Muktamirin, selain melakukan observasi, peserta juga terjun langsung kelapangan untuk mendapatkan data-data berkaitan dengan BKRK yaitu dengan melakukan marking menandai lokasi rawan/bahaya, kerentanan dan kapasitas masyarakat. Selain itu juga melakukan tracking, membuat lintasan batas wilayah, lintasan jalan raya, jalan desa, gang, lorong, sungai, dan jalur evakuasi. “Data hasil dilapangan selanjutnya dianalisa dan dibuat Peta BKRK yang akan menjadi pedoman masyarakat untuk mnyusun dan merencanakan kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat bencana,” terangnya.
Salah satu peserta pelatihan, Tatang, mengatakan, secara umum dengan adanya pelatihan KBBM tersebut, ilmu dan wawasannya semakin bertambah. Apalagi, ada materi Peta BKRK dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System) yang baru dilihatnya kali ini.“Alat GPS ini sangat membatu kami dalam membuat peta BKRK. Akurasi datanya sekitar 95 persen,” ungkapnya.
Staf Penanganan Bencana PMI Kabupaten Tegal, Sunarto, menuturkan, untuk memantapkan Pelatihan KBBM bagi Sibat Desa Kedungkelor, akan diakhiri dengan pelaksanaan Simulasi Penangan Bencana Banjir, yang dilaksanakan Selasa (24/1) hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar